Assalamu 'alaikum warohmatullahi Wabarokatuh

Tuesday, January 14, 2014

Intim bersama ALLAH SWT


“INTIM BERSAMA ALLAH SWT“

Seorang shalih ditanya, “Apa yang paling engkau takuti?” Ia menjawab, “Rasa intimku dengan Allah swt memutus semua ketakutanku .”Itulah al Unsu billah. Artinya, rasa tenang, tentram, damai, rindu, intim dengan Allah swt. Firman Allah swt, “Dan bila hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, katakan lah sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permintaan yang meminta bila ia meminta kepada-Ku. Maka penuhilah seruanku, berimanlah kepada-Ku agar mereka mendapatkan petunjuk.” (QS. Al Baqarah : 186)
Ikhwah sekalian,
Al unsu billah, adalah buah dari ketaatan dan rasa cinta seorang hamba
kepada-Nya. Semua hamba Allah swt yang taat kepada-Nya, pasti merindukan
dan merasakan kedekatan dan keintiman pada Allah swt. Sebaliknya, orang
yang melakukan kemaksiatan kepada-Nya, makin merasa jauh dengan-Nya
atau tidak menyukai-Nya.
Banyak di antara kita yang sudah menjalani hubungan dengan Allah swt secara
rutinitas. Namun barangkali, kita hanya melakukannya lebih karena kita sudah
berulangkali dan terbiasa melakukannya sejak kecil. Itu baik dan benar. Tapi
kita tentu ingin sekali menjadikan hubungan kita dengan Allah, memiliki tali
cinta, hubungan yang memiliki rasa keintiman, seperti yang digambarkan
dalam firman-Nya “yuhibbuhum wa yuhibbunah”, Allah cinta pada mereka dan
mereka cinta kepada Allah.
Perhatikanlah, Allah swt memulai kalimat-Nya dengan kata-kata “Yuhibbuhum”
(Allah mencintai mereka), baru disusul dengan kata “Yuhibbuunah” (Mereka
mencintai Allah swt). Rasakanlah bahwa hubungan antara kita dengan Allah
swt, asasnya adalah cinta. Sadarilah bahwa Allah swt lah yang mengawali tali
cinta ini kepada kita. Bukan kita yang mengawalinya. Ini semata-mata
menunjukkan betapa kasih sayang dan kecintaan Allah swt kepada hamba-hamba-Nya begitu luar biasa dan menakjubkan.
RISALAH NAQIB-2 2
Ikhwah… uhibukum fillah..
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan, “Al Unsu billah, hanya bisa
diperoleh lewat ketaatan. Karena sikap menolak ketaatan selalu memunculkan
al wahsyah (gelisah, tidak nyaman, ingin menjauh).... Tinggi rendahnya kadar al
unsu billah dalam diri seseorang, tergantung dari kadar kedekatan
hubungannya dengan Allah swt. Kian hatinya dekat pada Allah, maka al unsu
billah nya akan semakin kuat.”
Al Unsu billah, rasa intim bersama Allah swt, merupakan perpaduan dari rasa
mengagungkan dan kekhusyu’an. Suasana yang memenuhi jiwa manusia, yang
menjadikan rasa bahagia saat berkhalwat dengan-Nya. Mendapati keteduhan
dalam kesendiriannya bersama Allah swt. Bisa mencurahkan rasa hatinya
kepada-Nya. Mampu terus menerus bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya. Terus
menyenandungkan do’a, pujian, tasbih kepada-Nya. Merasakan bahwa seluruh
alam semesta dan isinya, seluruh makhluk yang ada, tanaman, tumbuhan,
gunung, udara, batu-batu, pasir, tanah, angin, semua bersama-sama
mengucapkan tasbih. Merasakan adanya hubungan kasih sayang, antara diri
dan alam sekitarnya. Inilah ungkapan yang menggambarkan perpaduan antara
tasbih, syukur, dan bukti-bukti cinta Allah swt yang terhampar di seluruh alam
ini.
Ikhwah semoga Allah  melimpahkan cintaNya kepada kita,
Inilah keintiman sejati. Semoga Allah swt merahmati Ibnu Taimiyah yang
mengatakan, “Sungguh penjara bagiku adalah khalwat, dan pembunuhan atas
diriku adalah mati syahid, pengusiranku adalah wisata di bumi Allah swt...
Ustadz Mushtafa Masyhur dalam kitab Ar Rabbaniyah wa Al Maaddiyyah
menceritakan. “Ada salah seorang Muslim yang dipenjara seorang diri dalam
sel penjara yang ditutup sepanjang malam dan siang. Tak satupun orang yang
bisa berkomunikasi dengannya. Ia hanya boleh keluar dengan kawalan para
penjaga penjara, saat membuang hajat di waktu pagi, dan waktu sore. Hanya
itu. Bila kita gambarkan kondisi orang tersebut, kita akan menyangka dirinya
dalam kondisi tertekan dan terluka. Tapi ternyata tidak demikian. Ia berada
dalam kondisi tentram karena merasakan kesendiriannya bersama Allah.
Kitabullah yang selalu menemaninya, yang selalu ia baca dan ia renungi isinya,
lalu ia ambil cahaya darinya. Ia selalu bangun di waktu sahur dan bermunajat
pada  Rabbnya dalam keheningan malam.. Ia ketuk pintu Yang Maha Pemurah
dengan rakaat-rakaat dan sujud-sujud tahajjud, diiringi tetesan air mata rindu
dan takut kepada-Nya. Seperti itulah iklim kebahagiaan jiwanya. Seperti itulah  rasa intimnya bersama Allah swt. Ia seperti berada di alam luas, bukan di dalam tembok segi empat dan pintu penjara yang terkunci. Seorang sipir
penjara yang menjaganya, pernah merasa kasihan melihat kondisi orang itu. Ia
kemudian berinsiatif untuk membuka pintu penjara sedikit. Tapi orang yang
ada dalam penjara itu justru mengatakan, bila pintu penjara yang dibuka itu
justru mengurangi keintimannya dengan Allah swt. Dan bahkan justru merasa
was was dibandingkan bila pintu itu tertutup. Demikianlah kita melihat salah
satu bukti bahwa Rabbaniyah dengan ragam maknanya, bisa menjadikan
kesempitan itu kelapangan, kedukaan menjadi bahagia, rasa terancam menjadi
tenang dan intim.”
Ikhwah fillah…
Dengarkanlah perkataan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, “Bila manusia
disibukkan dengan dunia, maka sibukkanlah dirimu dengan Allah swt. Bila
manusia gembira dengan dunia, maka gembiralah dirimu dengan Allah swt.
Bila manusia merasa nyaman dengan yang dicintainya dari makhluk, maka
rebutlah rasa nyamanmu bersama Allah. Bila manusia pergi kepada raja dan
petinggi penguasa meminta rizki, maka pergilah engkau kepada Allah...
Maka, seseorang yang hatinya disibukkan karena cinta kepada Allah swt, dipenuhi oleh keimanan kepada-Nya, pasti merasakan ketentraman, keamanan, keteduhan dalam hatinya. Ia pasti merasakan keintimannya dengan Allah swt di setiap waktu, di setiap menit, setiap detik, setiap jantung nya
berdetak sepanjang hidupnya. Merasa nikmat dan tenang dalam rutinitas
dzikir, ibadah, dan tilawah ayat-ayat-Nya. Tak ada lagi kenikmatan melebihi suasana itu..
Wallahu A’lam

No comments:

Post a Comment